Erik Gautama (Kanan Jaket Hitam) berfoto bersama dengan Mahasiswa Indonesia selama Student Exchange di Taiwan | Foto : Erik Gautama
SAMPIT, Universitas Darwan Ali (UNDA), dalam beberapa tahun lalu mengirim beberapa perwakilan mahasiswa Sampit untuk mengikuti program student exchange di Taiwan.
Hal tersebut juga merupakan pencapaian besar bagi mahasiswa yang dapat meloloskan diri dari berbagai tahapan seleksi student exchange tersebut.
Erik Gautama, salah satu mahasiswa keturunan Tionghoa perwakilan Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Universitas Darwan Ali yang mendapat kesempatan tersebut pada tahun lalu menceritakan pengalamannya di Kampus National University of Kaohsiung, Taiwan.
Erik mengungkapkan, dirinya sangat bersyukur dapat terpilih mewakili Mahasiswa Kalimantan Tengah, bahkan Indonesia untuk mengikuti proses pertukaran pelajar di Taiwan tersebut.
”Bersyukur pastinya kepada Tuhan, karena bisa mendapatkan pengalaman ini, kemarin saya sempat tidak menyangka dapat lolos untuk program pertukaran ini,” Gembira Erik, Kamis (8/2/2018).
Ia melanjutkan, selama di Negeri Naga Kecil Asia tersebut, dirinya fasih berbahasa inggris dan mandarin (Aksara Tradisional), menikmati fasilitas yang lengkap serba enak dan mendapatkan pengalaman yang sangat berharga selama hidupnya.
Selain itu bersama temannya yang juga perwakilan Indonesia menjalankan sejumlah program untuk mempromosikan teknologi baru, khususnya Kalimantan Tengah.
Selama pertukaran 5 Bulan, Ia mengalami Culture Shock yang berbeda di Indonesia dengan Taiwan dari Perilaku hingga Kebiasan Sehari-hari.
“Pertama, Kebiasaan di Indonesia dengan Taiwan dalam segi respon dia ingin membantu meskipun dia tidak mengerti bahasa (komunikasi) namun mereka akan membantu sebisa mungkin. Kedua, mereka (Orang Taiwan) jarang mandi di pagi hari mereka mandinya cuma sekali sehari dan yang Ketiga, Di Taiwan memiliki 4 musim anehnya tidak ada salju melainkan hawa dingin itu karena angin yang sangat dingin hingga sepuluh derajat celcius” Ungkap Erik.
Selama berada di Taiwan, Erik mengunjungi tempat Kuliner dan Wisata di Kaohsiung, keliling kota dengan kereta MRT, Kadang-kadang dia mengendarai Motor Matic Listrik (Scooter) dan dia berpendapat tentang kebiasaan TKI di Kaohsiung.
“Makanan yang disajikan di Taiwan diutamakan penyedapnya Jahe saja beda dengan di Indonesia yang punya banyak rempah-rempah yang bisa menyedapkan rasa asam, gurih, manis dan setahu saya kalau ketemu orang Indonesia (TKI) itu seperti pasar, tiap hari minggu TKI berkumpul ke satu tempat cuma buat nongkrong”. Ujar Erik.
Erik menambahkan dalam cara proses belajar mengajar di Taiwan, biasanya dosen memberikan pancingan pertanyaan Chemistry kepada mahasiswa sebelum pelajaran dimulai, banyak Mahasiswa exchange bergabung kelas dengan latar belakang negara asal yang berbeda-beda dan setiap jam perkuliahan di Taiwan terbagi dengan pola kuliah-istirahat berulang-ulang dan kadang-kadang selama jam kosong/istirahat mahasiswa di Kampus Taiwan malahan asyik tidur-tiduran.
Erik berharap suatu saat ilmu yang didapatkannya tersebut dapat diterapkan dikehidupannya ke depan sehingga cita-citanya dapat tercapai suatu saat nanti.
”Mudah-mudahan nanti cita-cita saya tercapai, amin,” tutupnya.