Sejak 21 Maret 2022 lalu, Dr. Wendy Kesuma yang merupakan Putra dari Rektor sebelumnya Dr. Ali Kesuma secara resmi dilantik menjadi Rektor UNDA University. Pada kesempatan ini secara ekslusif di Hari Dies Natalis UNDA University ke-14 tahun, salah satu Mahasiswa UNDA University yang aktif Jurnalistik Fredric Leonardo berkesempatan mewawancarai Dr. Wendy Kesuma di Ruang Rektor.
Lao Shi (Dosen / Pak Rektor) apakah betul anda merupakan putra dari Dr. Ali Kesuma, Mantan Rektor UNDA University yang menjabat selama 1 dekade, jika benar berikan alasannya mengapa menjadi Rektor UNDA University? Apakah meneruskan dari bapak atau karena kecintaan dengan Kampus UNDA University karena satu melekat pada keluarga Kesuma?
Betul, saya itu dari dulu suka mengajar, saya mengajar di kampus ini sejak saya lulus S2 sejak usia 21 tahun saya sudah mengajar selama 9 tahun di kampus ini. Jadi saya sudah melihat bagaimana perjuangannya dari nol kampus ini didirikan.

Jadi sebenarnya kalau ditanya kenapa saya menjadi Rektor, Pertama, saya suka mengajar makanya saya jadi Dosen, Kedua, saya merasa bisa membawa kampus ini menjadi yang lebih baik lagi dengan cara yang berbeda dan pandangan yang berbeda dari Papa saya (Pak Ali Kesuma), Jadi bukan karena saya anak Pak Ali sebagainya kalau saya anaknya Pak Ali terus saya nggak suka, saya merasa nggak bisa pasti juga nggak akan bisa.
Jadi saya bisa karena saya suka mengajar dan sebenarnya saya prihatin di Kota Sampit yang kalau kita buka-bukaan, soal kampus di kota Sampit ini mutunya masih kurang, nggak begitu memperhatikan jadi, saya merasa kasihan jadi saya sering dulu ketemu mahasiswa yang mewawanacarai mahasiswa KIP (Kartu Indonesia Pintar) terus tadi saya tanya satu sampai sepuluh, “kamu mau kuliah berapa?” Katanya “sepuluh pak” lebih katanya kenapa kamu harus kuliah terus dia bilang karena saya nggak mau orang tua beliau itu lulusannya SD nggak bisa ngapa-ngapain sekarang. Terus saya tanya dengan ibunya, “Bu, itu gimana dengan anak ini?” ibu menjawab “Saya senang pak sekaligus sedih, saya senang anak saya motivasi kuliah tinggi, mau belajar” katanya dengan rasa sedih bahagia. “Saya sedih pak, karena nggak punya uang untuk membiayai kuliah anak”. Jadi, dorongan saya yang kuat itu sebenarnya supaya masyarakat Sampit ini bisa kompeten dan bisa bersaing di zaman yang susah.
Bolehkah Lao Shi meceritakan dan mengingat memori tentang sejarah UNDA University?
Dulu itu ada kerusuhan dan itu ngeri banget. Jadi, akar masalah kerusuhan itu kalau dilihat itu kemiskinan dan kebodohan dan banyak yang buta haruf nggak bisa baca dan tulis pada saat itu, pendidikan kurang, nggak ada kampus, kampusnya dulu katanya “Kambing aja diikat di tiang bendera di kampus langsung lulus dapat ijazah” saking jeleknya perkuliahan asal bayar dapat ijazah makanya sampai begitu. Jadi, awal berdiri itu karena ingin memperbaiki kualitas pendidikan, karena akar dari permasalahan itu juga berasal dari kinerja dosen dan staf kampus yang ingin meningkatkan taraf hidupnya.
Pada tahun 2000 itu sebelumnya STIE Wijaya Kesuma. Jadi dulu itu hanya membuka jurusan Manajemen saja terus buka jurusan Sistem Informasi yakni STMIK Wijaya Kesuma. Pada tahun 2008 kedua kampus STIE dan STMIK Wijaya Kesuma dgabung menjadi Universitas Darwan Ali.

Mungkin yang heboh pertanyaannya kenapa namanya Darwan Ali? Jadi, Darwan Ali itu bukan pemilik (Mantan Bupati Seruyan dan sekarang beliau sudah tiada), dulu selaku Bupati itu sudah membantu luar biasa bayangin, kampus dulu itu sepi nggak ada yang masuk orang-orangnya merasa nggak perlu pendidikan tinggi, Akhirnya waktu itu Darwan Ali selaku Bupati memberikan beasiswa karena jasa besar beliau untuk pendidikan, dia menggunakan nama beliau “Darwan Ali” sebagai tanda Terima Kasih, tapi kalau ada yang ditanya apakah milik Darwan Ali? Kita tanggapi yang mendirikan itu Papa saya Ali Kesuma dan Mama saya Ibu Yulianti. Sampai sekarang masih memegang teguh pada akar meningkatkan mutu pendidikan.
Ada rumor katanya UNDA University ini menjadikan sebagai kampus internasional katanya dari Janji Rektor sebelumnya Dr. Ali Kesuma akan ada mengadakan pertukaran mahasiswa (Exhange Student) sampai ada belum ada kejelasan katanya ada pertukaran terus ada tempat penginapan untuk pertukaran mahasiswa?
Jadi begini, Pak Ali itu orangnya visioner artinya apa yang inginkan itu jelas dan bagus, cuma memang kita akui memang kita belum siap walaupun jalannya judah ada dan sudah dipersiapkan. Pertama, kalau kampus UNDA University ini mau Go International maka bahasa Inggrisnya harus bagus bukan bahasa Inggris yang satu atau 2 orang, bahasa Inggris dosennya atau mahasiswanya, Dosen itu sudah dilatih kecekapannya walaupun nggak bagus-bagus amat, berberapa ada yang bagus tapi belum semua tapi itu bukan masalah utama.
Selain itu mahasiswa semester 1 dan 2 terkadang ada yang sudah 2 tahun dilatih bahasa Inggris hampir tiap hari. Sebenarnya, program pertukaran mahasiswa atau Study Nation itu sudah dilakukan di Kamboja sama Vietnam tapi hanya cuma barau 2 mahasiswa asing sebelum pandemi COVID-19, sewaktu pandemi secara otomatis tidak bisa melaksanakan karena tidak ada pertukaran, sekarang pandemi COVID-19 menyulitkan untuk mengadakan pertukaran mahasiwa, Itulah yang membuat terhalang dan kedepannya kami akan mengadakan program pertukaran tersebut.
Untuk Dies Natalis 14 Tahun UNDA University, bolaeh kasih tahu untuk program kerja dan target?
Mungkin untuk 4 atau 5 tahun kedepan, ketika saya mengajukan diri untuk sebagai Rektor, Itu saya bikin program untuk 4 atau 5 tahun ke depan kira-kira kampus kita itu disetir kemana, sebenarnya itu banyak saya juga nggak bisa hapal yang detail dan teknis.
Tapi, secara basicnya yang sudah ada perubahan yang mendasar, Saya ingin meningkatkan prestasi mahasiswa itu yang saya prioritaskan, dalam artian begini semua lomba itu saudah saya buat surat keputusan rektor semua lomba diikuti oleh mahasiswa UNDA University dibayarin oleh kampus, Jadi, sehingga berberapa ada yang sewa kostumnya, membiayai pelatih semuanya itu dibiayain kampus itukan non-akademik seperti seni tari terus ada yang E-Sports, selain itu untuk yang akademik ada lomba debat bahasa Inggris kita daftarkan juga secara gratis.

Jadi, mahasiswa itu bukan hanya cerdas tapi juga perlu skill dan masing-masing mahasiswa punya passion yang mungkin nggak cocok dengan perkuliahan, diluar perkuliahan punya passion besar, saya merasa disini yang kurang untuk mendorong passion menjadi sesuatu yang lebih besar dan bearti. Jadi, saya memfasilitasi dan mendorong supaya passion ini bisa muncul dan jadi. Tentunya yang jadi masalah itu adalah soal dana.
Selain itu, juga ada budaya organisasi si kampus, jadi saya jabarkan, Kalau dulu dalam struktur organisasi dari Rektor, Wakil Rektor dan Kajur-kajur (Kepala Jurusan), Administrasi, sehingga apa yang menjadi masalah pada saat ada kinerja yang nggak beres itu ada banyak titik yang menyebabkan nggak beres. Di tempat saya itu ada yang berubah, saya yang di tengah sebagai Rektor semua staf dan dosen semuanya menghadap ke saya, Wakil rektor juga menghadap ke saya, Kajur juga dibawa menghadap ke saya dan semua staff juga dibawa ke saya sehingga apa? Saya bisa mengontrol dengan baik semuanya bekerja dengan cepat dan transparan jadi nggak ada yang kinerjanya itu molor kalau ada yang nggak yang jalan ini ketahuan siapa yang nggak jalan, jadi kami harus kontrol cepat, eksekusi cepat kurang lebih begitu.
Saya juga transformasi administrasi yang juga ada Sistem Lapor dan Lawan tapi belum ada yang diterapkan. Saya harapannya begini mahasiswa kalau mau urus adminstrasi itu nggak harus datang ke kampus dengan tatap muka, silahkan urus secara online dari rumah masing-masing darimanapun kapanpun. Terus, Kalau ada masalah mahasiswa tinggal isi namanya Lapor jika mengalami kekerasan seksual atau mereka dianiaya atau dibully mereka bisa lapor lewat situs tadi. Karena bisa meyakini mahasiswa yang bermasalah itu agak sungkan melapor ke Rektor atau ke Dosen, kalau mereka Lapor ke sistem SOS (single online submision) dari rumah atau menunggu kerabat lebih enak melaporkannya.
Selain membuatr sistem Lapor, kami juga membuat sistem E-Library (Perpustakaan Elektronik) jadi kami buat buku fisik menjadi buku digital dan juga membuat buku text to speech atau audiobook, sehingga teks yang ada itu nanti diubah menjadi speech, jadi kemungkinan berberapa orang yang nggak suka membaca, jadi kami sudah menginvest anggaran 50 juta untuk menciptakan perpustakaan digital. Banyak hal yang bisa kita manfaatkan perpustakaan digital termasuk bagi mahasiswa yang penglihatannya kurang bagus atau dosen-dosen matanya yang sudah nggak enak lagi untuk melihat.
Terakhir, untuk akreditasi saat ini kurang-kurang begitu bagus, yang jurusan Agribisnis akreditasinya B yang lainnya akreditasi C, padahal kita se-kalimantan bisa mewakili lomba debat bahasa Inggris, mahasiswa berprestasi lolos ke tingkat nasional. Prestasi kita bagus tapi akreditasi kita masih C itu karena pelaporannya kurang ibaratkan orang cantik yang nggak pernah keluar rumah nggak terlihat sama yang lain. Jadi kami harus melaporkan ke pihak yang lain bahwa kita itu bagus jadi nggak cukup kita memperbaiki diri tapi kita harus show off juga. Itulah yang sekarang saya lakukan agar akreditasinya bagus.
Penulis: Fredric